Barata akan ekspor komponen US$ 11,8 juta
PT KONTAK PERKASA - PT Barata Indonesia (Persero) bekerja sama dengan Standart Car Truck (SCT) a Wabtec Subsidiary Company untuk mengekspor komponen kereta api. Direktur Utama PT Barata Indonesia Silmy Karim dan General Manager Standart Car Truck a Wabtec Subsidiary Company, Phillip R Lindsell telah meneken Letter of Intent (LOI) pada Selasa (7/3). SCT merupakan perusahaan Amerika Serikat yang bergerak di bisnis desain, manufaktur dan pemasaran produk mobil angkutan kereta api dan industri lokomotif. PT KONTAK PERKASA - LOI tersebut mencakup kesepakatan di mana Barata akan mengekspor komponen kereta api melalui SCT dengan nilai mencapai kurang lebih US$ 11,8 juta pada 2017. Dalam kerja sama tersebut, Barata sepakat untuk menyuplai komponen kereta api dan bogie (pendukung rangka dasar dari badan kereta api). “Bagi Barata Indonesia kerja sama ini adalah salah satu bentuk mewujudkan pertumbahan industri nasional dalam hal peningkatan local content bagi industri perkeretaapian,” kata Silmy Karim dalam keterangan resmi, Rabu (8/3). Barata Indonesia yang berdiri tahun 1971 telah menyuplai komponen kereta api untuk kebutuhan domestik dan ekspor. Untuk memenuhi standar kualitas ekspor, pabrik foundry (pengecoran) milik Barata Indonesia telah mengantongi sertifikat AAR (Association of America Railroads) sebagai syarat untuk bisa menembus pasar ekspor ke AS & Canada. Tidak hanya SCT, bisnis di bidang komponen perkeretapian juga akan dilakukan Barata Indonesia dengan General Electric (GE) dan PT INKA (Persero) dan juga PT KAI (Persero). Bagi Barata Indonesia, kerjasama di bidang foundry tidak hanya terpaku pada produk-produk kereta api. Bidang foundry dari Barata Indonesia juga telah merambah sektor lain diantaranya sektor tambang dan industri semen. Untuk bidang tambang, pabrik foundry Barata Indonesia telah bekerja sama dengan PT Antam (Persero) dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk dengan memproduksi komponen alat-alat tambang seperti Crushers dan juga Mills. Ke depan, Barata tak hanya berhenti bekerja sama dengan perusahaan BUMN dalam negeri, namun juga akan mencoba menyentuh pihak swasta seperti PT Freeport Indonesia.
Source : kontan.co.id