Ratusan Warga Palestina Cedera, Dua Tewas dalam Bentrokan di Jalur Gaza
PT KONTAK PERKASA - Ratusan warga Palestina cedera, Sabtu 9 Desember 2017 dalam bentrokan sengit dengan pasukan Israel selama protes terhadap keputusan Amerika Serikat yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
PT KONTAK PERKASA - Lebih dari 150 warga Palestina cedera dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Tepi Barat Sungai Jordan, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza selama protes tersebut.
Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan dalam satu pernyataan pers bahwa 25 warga Palestina cedera akibat terkena amunisi aktif dan tercekik akibat gas air mata yang dilemparkan pasukan Israel ke arah demonstran.
Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan telah menangani 140 orang yang cedera dalam bentrokan Sabtu di Jerusalem Timur dan Tepi Barat, demikian dilaporkan Xinhua seperti dikutip Antara, Minggu 10 Desember 2017.
Media Israel melaporkan, dua polisi Israel cedera dalam bentrokan di Jalan Salaheddine di Jerusalem Timur.
Bentrokan itu terjadi sebagai reaksi atas seruan faksi politik Palestina yang mendesak massa agar turun ke jalan dalam protes terhadap pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Abaikan kunjungan
Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak akan menemui Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence bulan ini untuk menentang keputusan pengakuan Washington atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kekerasan terjadi selama tiga hari belakangan di Gaza akibat keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu yang membalik politik luar negeri pendahulunya terhadap Timur Tengah.
Pada Sabtu 9 Desember 2017, serangan udara Israel menewaskan dua orang bersenjata Palestina setelah kelompok garis keras menembakkan sejumlah roket ke permukiman Israel sehari sebelumnya.
Pengakuan Donald Trump terkait kedudukan Jerusalem memicu kemarahan dunia Arab sekaligus mengecewakan sekutu Baratnya, yang menyatakan keputusan tersebut menghancurkan upaya perdamaian dan mengancam menciptakan kekerasan baru di Timur Tengah.
Pada Sabtu malam, menteri luar negeri negara Timur Tengah mendesak Amerika Serikat membatalkan pengakuannya itu. Liga Arab, dalam pernyataan tertulis seusai menggelar pertemuan darurat di Kairo, menyebut keputusan Donald Trump tersebut sebagai pelanggaran berbahaya terhadap hukum internasional.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian bereaksi atas kritik tersebut pada Minggu, sebelum bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris.
"Saya mendengar (dari negara-negara Eropa) suara kecaman terhadap keputusan bersejarah Presiden Trump, namun saya tidak mendengar kecaman terhadap penembakan roket yang menghujani Israel (yang terjadi usai pengakuan tersebut)," kata Netanyahu.
Israel bersikukuh semua wilayah Jerusalem adalah bagian dari ibu kota mereka. Sementara Palestina menuntut Jerusalem Timur menjadi ibu kota bagi negara Palestina merdeka di masa mendatang.
Sebagian besar negara mengakui Jerusalem Timur, yang dianeksasi oleh Israel dalam perang 1967, sebagai wilayah jajahan sehingga statusnya harus ditentukan melalui perundingan antara Israel dengan Palestina.
Pemerintahan Donald Trump masih berkomitmen terhadap perundingan damai Israel dengan Palestina danmenyatakan Jerusalem akan menjadi ibu kota Palestina dan netral terhadap penetapan batas kota.
Dalam menanggapi keadaan itu, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mengatakan akan mencari sponsor perundingan baru untuk menggantikan Amerika Serikat. Palestina juga akan mengupayakan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk keputusan Donald Trump.***
Source : pikiran-rakyat.com