Harga minyak rebound 6% setelah penurunan tajam, prospek masih fluktuatif
PT KP PRESS - Harga minyak melambung sekitar 6% pada hari Selasa (10/3). Tapi, analis melihat peluang pemulihan besar-besaran masih jauh dari harapan setelah penurunan tajam harga minyak kemarin. Harga dari kekalahan harian terbesar dalam hampir 30 tahun setelah produsen utama Arab Saudi dan Rusia meluncurkan perang harga. Harga minyak mentah ditopang oleh harapan untuk penyelesaian perang harga antara Arab Saudi dan Rusia serta dan potensi penurunan produksi Amerika Serikat. Tapi, kenaikan harga ini diramal berumur pendek karena permintaan minyak terus terpukul oleh dampak ekonomi dari wabah virus corona.
KONTAK PERKASA FUTURES - Minyak mentah berjangka Brent naik $ 2,36, atau 6,9%, menjadi $ 36,72 per barel pada pukul 10.07 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik $ 1,87, atau 6%, menjadi $ 33,00 per barel. Kedua harga minyak acuan ini jatuh 25% pada hari Senin, turun ke level terendah sejak Februari 2016 dan mencatat persentase penurunan harian terbesar sejak 17 Januari 1991, ketika harga minyak jatuh pada permulaan Perang Teluk AS.Volume perdagangan untuk kedua kontrak minyak mencapai rekor tertinggi setelah pakta tiga tahun antara Arab Saudi dan Rusia dan produsen minyak utama lainnya untuk membatasi pasokan bubar pada hari Jumat.
PT KONTAK PERKASA - "Harga minyak secara tentatif menemukan support karena imbal hasil obligasi global akhirnya mulai stabil. Titik terendah jangka pendek mungkin ada untuk saat ini, tetapi harga minyak akan tetap rendah," kata Edward Moya, analis senior pada broker OANDA kepada Reuters. Moya menambahkan bahwa reli harga minyak sekarang kemungkinan akan berumur pendek. Pasalnya sisi permintaan dan penawaran sama-sama bearish. Menurut sumber Reuters, Arab Saudi berencana untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya di atas 10 juta barel per hari (bph) pada April dari 9,7 juta bph dalam beberapa bulan terakhir. Saudi memangkas harga ekspor pada akhir pekan untuk mendorong pembelian lebih banyak dari pabrik penyulingan.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Rusia, salah satu produsen top dunia bersama Arab Saudi dan Amerika Serikat, juga mengatakan mereka dapat meningkatkan produksi dan dapat menerima harga minyak yang rendah selama enam hingga 10 tahun. Sementara itu, produsen shale oil AS bergegas untuk menggunting pengeluaran dan bisa mengurangi produksi setelah keputusan OPEC mengguyur pasar minyak berpotensi menghantam pasar yang sepi permintaan. "Ketika Anda melihat leverage industri, dengan harga sekitar US$ 30, itu tidak menguntungkan," kata Jonathan Barratt, kepala pejabat investasi Probis Group.
"Saudi dan produsen Timur Tengah lainnya memiliki kendala anggaran, Rusia kekurangan uang tunai dan titik impas untuk shale harus sekitar US$ 50 per barel. Jadi dengan dinamika semua itu, mereka kemungkinan akan mencapai kesepakatan," kata Barratt.
International Energy Agency memperkirakan, tahun ini permintaan minyak akan turun untuk pertama kalinya sejak 2009. Lembaga global ini memangkas perkiraan tahunannya dan mengatakan bahwa permintaan akan turun sebesar 90.000 barel per hari pada 2020 dari 2019. Harga saham-saham energi juga turun tajam pada hari Senin. Produsen shale mulai memangkas pengeluaran untuk mengantisipasi pendapatan yang lebih rendah.
Source : kontan.co.id