Level psikologis rupiah jangka pendek Rp 16.000-Rp 17.000 per dolar AS
PT KP PRESS - Pandemi corona tidak kunjung mereda, nilai tukar rupiah melemah signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg di pasar spot, Senin (23/3), rupiah melemah 3,85% ke Rp 16.575 per dolar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 2,06% ke Rp 16.608 per dolar AS. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sentimen yang mempengaruhi rupiah cenderung dalam tren melemah masih sama, yaitu kepanikan investor karena pandemi Covid-19. Lihat saja, pasar saham maupun obligasi juga terkoreksi.
KONTAK PERKASA FUTURES - Senin (23/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah 4,90% ke level 3.989,52. Sementara, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) juga terus keluar. Tidak mengherankan bila capital outflow tersebut membuat rupiah babak belur.
Selama pandemi Covid-19 masih terus menjangkit, Josua memproyeksikan sulit bagi rupiah untuk menguat. Padahal, langkah pemerintah untuk menangani penyebaran virus corona di dalam negeri kini semakin baik dengan dilakukannya impor obat dan rapid test. Namun, selama jumlah pasien akibat covid-19 di negara lain naik, maka pelaku pasar akan cenderung meninggalkan aset berisiko seperti IHSG dan SBN yang akhirnya membuat rupiah anjlok.
PT KONTAK PERKASA - Kompak, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan wabah virus corona semakin meluas dan mengkhawatirkan membuat investor masih memegang dolar AS sebagai aset safe haven. Apalagi, kondisi dalam negeri juga mengkhawatirkan karena kesiapan tim kesehatan kurang dan pemberlakuan social distancing juga memukul ekonomi Indonesia.
Menurut Sutopo stimulus pemotongan suku bunga yan BI lakukan belum bisa meredam gejolak mata uang Garuda dan mengembalikan kepercayaan investor. "Efek intervensi dan stimulus kemarin masih kurang terasa investor masih cenderung panik, indikator terlihat dari IHSG yang juga ditutup menurun,' kata Sutopo.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Namun, Josua melihat sentimen positif datang dari BI yang terus berada di pasar melakukan intervensi dan menjaga kestabilan rupiah. "Tanpa dukungan BI rupiah bisa tembus Rp 17.000 per dolar AS," kata Josua, Senin (23/3). Dalam Rapat Dewan Gubernur BI pekan lalu diputuskan BI akan mengucurkan Rp 195 triliun untuk membeli SBN di pasar sekunder sebagai langkah menjaga stabilitas rupiah.Selain itu, Josua berharap tujuh bauran kebijakan BI yang semakin diperkuat bisa mempertahankan support rupiah di Rp 16.000 per dolar AS hingga Rp 17.000 per dolar AS. Di sisi lain, Josua menilai secara teknikal dolar AS sudah overbought atawa jenuh beli.
Dalam jangka panjang, Josua optimistis rupiah akan mudah rebound bila pandemi corona mereda dan vaksin sudah ditemukan.
Kompak, Sutopo juga memproyeksikan dalam jangka pendek support psikologis rupiah berada di Rp 16.000 per dolar AS dengan resistance di Rp 17.000 per dolar AS. Dengan begitu pergerakan rupiah ke depan diproyeksikan akan cenderung masih melemah.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono juga memproyeksikan dalam sepekan depan rentang rupiah berada di Rp 16.000 per dolar AS hingga Rp 17.000 per dolar AS.
Source : kontan.co.id