Minim sentimen positif, harga minyak mentah WTI bertahan di bawah US$ 40 per barel
PT KP PRESS - Harga minyak acuan terus melemah pada perdagangan hari ini, terbebani oleh kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) melambat karena wabah virus corona. tekanan bagi harga kian dalam setelah gelombang baru kasus Covid-19 melanda Eropa telah menyebabkan diberlakukannya kembali pembatasan perjalanan di beberapa negara. Kegelisahan atas permintaan dan prospek ekonomi karena kebangkitan kembali virus corona telah mendorong reli dolar AS. Mengingat banyak investor yang beralih ke aset lindung nilai yang lebih aman. Dengan penguatan dolar AS, maka harga minyak lebih mahal dan kurang menarik bagi pembeli global.
KONTAK PERKASA FUTURES - Mengutip Reuters, Kamis (24/9) pukul 14.00 WB, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 turun 37 sen atau 0,9% menjadi US$ 39,56 per barel. Serupa, harga minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman November 2020 melemah 34 sen atau 0,8% menjadi US$ 41,43 per barel. Kedua harga acuan ini naik sedikit pada perdagangan di sesi sebelumnya setelah data pemerintah AS menunjukkan stok minyak mentah dan bahan bakar di Negeri Paman Sam turun minggu lalu.
PT KONTAK PERKASA - Di mana, persediaan bensin turun lebih dari yang diharapkan, turun 4 juta barel, dan stok distilat membukukan penurunan mengejutkan 3,4 juta barel. Namun, permintaan bahan bakar di AS tetap lemah karena pandemi membatasi perjalanan. Rata-rata empat minggu permintaan bensin adalah 8,5 juta barel per hari (bph) pekan lalu, data pemerintah menunjukkan, turun 9% dari tahun sebelumnya. Harga minyak kembali tertekan setelah data menunjukkan aktivitas bisnis AS melambat pada bulan September. Para pejabat Federal Reserve menandai kekhawatiran tentang pemulihan yang terhenti.
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Belum lagi keputusan Inggris dan Jerman yang kembali memberlakukan pembatasan untuk membendung infeksi virus corona baru. Ini menjadi faktor yang mempengaruhi prospek permintaan bahan bakar suram di masa depan. "Harga minyak melemah karena produk untuk pengiriman segera tetap berlimpah," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA. "Kekhawatiran prospek konsumsi meningkat karena pembatasan Covid-19 kembali di Eropa, dan desakan dari Federal Reserve untuk lebih banyak stimulus fiskal AS, merusak kasus pemulihan global, kunci untuk pemulihan harga minyak."
Di sisi penawaran, pasar tetap waspada terhadap dimulainya kembali ekspor dari Libya, meskipun tidak jelas seberapa cepat hal itu dapat meningkatkan volume. "Itu jelas akan menjadi sesuatu yang tidak dibutuhkan pasar minyak saat ini," kata analis komoditas Commonwealth Bank, Vivek Dhar. Sementara itu, Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul Jabbar mengharapkan kesepakatan dengan kelompok OPEC + untuk meningkatkan ekspor minyak mentah Irak, kantor berita negara INA mengutipnya pada hari Kamis.
Source : kontan.co.id